Gunung Ungaran adalah gunung yang berketinggian 2.050 mdpl, berada di wilayah Ungaran, Semarang, Jawa Tengah. Gunung ini cukup populer untuk kalangan penikmat lelah di kota tersebut untuk menikmati akhir pekan mereka. Tak sedikit pula, yang dari luar kota yang juga ingin menikmati indahnya cahaya lampu kota Semarang dari ketinggian.
Gunung ungaran sendiri, memiliki beberapa jalur pendakian yang umum di gunakan, yaitu :
2. Via Candi Gedungsongo
3. Via Promasan
Memacu kendaraan, menuju Jimbaran.
Basecamp mawar di Jimbaran, adalah tempat yang kami sepakati untuk mengawali perjalanan kami menuju ke Puncak Gunung Ungaran.
Bermodalkan google maps, kami pun sampai di basecamp mawar dengan selamat, meskipun sedikit was-was juga dengan kondisi motorku yang udah mulai rewel selepas melewati kota Magelang. Terlebih saat memasuki jalan menuju basecamp, yang bikin aku tak berhentinya berdoa agar motor ku kuat sampai atas. 😣
Selalu cek kondisi kendaraan kalian. Khusus bagi kalian yang belum pernah kesini, dan ingin ke sini. Jika lelah, lebih baik istirahat, jangan di paksakan, terlebih saat berada di jalan menuju Basecamp Mawar yang sangat membutuhkan konsentrasi lebih.
![]() |
Salah satu trek landai sepanjang jalur menuju camp mawar. Masih banyak titik curam yang membutuhkan kehati-hatian. |
Kami beruntung, sesaat sebelum memasuki jalur menuju camp mawar ini, hujan sudah reda. Yang sebelumnya telah menghajar kami saat mulai memasuki wilayah Ambarawa. Hujannya cukup deras, dan mengurangi jarak pandang kami, khususnya aku sendiri yang bermata empat dengan kendisi motor yang loyo pula.
4 jam perjalanan sudah kami tempuh. Sudah termasuk makan siang di pinggir jalan (tak disarankan makan di tengah jalan yes), Isi bahan bakar, belanja logistik, belanja obat-obat an, dan bayar retribusi 3x.. hahaha
Satu jam lebih lambat, dari info yang kami peroleh dari google maps.. Tapi tak termasuk nyasar lo ya, karena navigator kami yang cukup handal, 😂
Rute kami. |
BASECAMP MAWAR
Ritual sebelum melakukan pendakian.
Sebagai PEMULA (pendaki muka lama), dengan jam terbang yang mumpuni, mereka sudah cukup familiar dengan RE-PACKING, semacama ritual sebelum dimulainya sebuah pendakian.
Bahkan karena saking seringnya, banyak di antara mereka tak perlu melakukan re-packing lagi. Karena semua kebutuhan termasuk logistik, sudah di tata dengan rapi di dalam keril mereka. (jika pun ada, palingan cuman beberapa item doang, itupun tak perlu membongkar keril)
Aku sendiri, masih suka melakukan re-packing sebelum pendakian di mulai saat berada di basecamp, karena untuk kebutuhan logistiknya biasa aku lengkapi saat mendekati basecamp. (beraaat gan jika harus diisi penuh keril ane dari rumah 😭). Tapi untuk kebutuhan lain, sudah aku persiapkan semuanya. Jadi untuk logistik, tinggal memasukan didalam keril bagian atas aja.
Kami melengkapi logistik kami saat berada di kota Ambarawa. Di Indom*ret yang merupakan market terakhir yang kami temui sebelum basecamp.
![]() |
Re-packing |
Repacking selesai. Pukul 15:30, setelah sholat Ashar, kami mulai berangkat meninggalkan basecamp untuk menuju Pos Bukaan. camping ground yang akan kami gunakan untuk mendirikan tenda.
BASECAMP - POS 1
Keril sudah di pundak, saatnya menuju puncak.
Sore itu, langit mulai gelap. Kabut tipis menghalangi mentari senja. Ada sedikit rasa was-was dalam hatiku, apakah kami bisa sampai puncak?. Perasaan semacam itu pasti akan muncul dibenak para pendaki saat mulai pendakian, terlebih pendakian pada gunung yang baru dikunjungi.
Bagiku dan timku, wajar saja perasaan itu muncul. Belum memasuki di jalur pendakian saja, udah main tersesat saja, 😂 (malu juga seeh buat mengakui, tapi memang seperti itulah cerita kami). Untung ada bapak-bapak pemilik warung di area camp mawar yang kasih tahu jalan sebelum kami lebih jauh berjalan di jalur yang salah.
![]() |
Breifing dadakan setelah tersesat sebelum memasuki jalur pendakian 😂 |
Pada saat melakukan simakasi, kami sudah di kasih peta jalur pendakian, tapi menurutku dan kawan-kawan, peta tersebut tak sepenuhnya membantu. Terlebih penunjuk arah yang berada di peta yang sukses membuat kami bingung. Setidaknya itu kami sadari saat kami sudah sampai di Pos Bukaan.
Bahkan kami mendengar banyak dari pendaki yang kami temui mengaku bingung juga dengan jalur barunya. 😅 (beberapa di antara ada yang tersesat selama 4jam perjalanan). Sukses lah pengelolanya yang membuat kami tersesat berjamaah. hhaa
![]() |
Bembi, yang lagi merasakan trek pertamanya. |
Setelah memasuki jalur pendakian kami sudah di hadapkan dengan trek menanjak yang licin. Bisa dimaklumilah, karena hujan baru saja reda, Dan sejujurnya, trek seperti ini lah yang membuat aku menyukai yang namanya penjelajahan. (Tak tahunya, trek di depan justru membuat jidat ketemu dengkul, hahaahaha...)
Pos 1
45 menit dari basecamp. Yaa.. lumayanlah ... Trek pertama rasa-rasanya memang terasa trek yang paling berat.
Di Pos ini, kami mulai menemui beberapa pendaki yang baru turun, tapi kebanyakan mereka hanya membawa daypack saja. Jadi bisa diambil kesimpulan bila mereka menggunakan teknik TipTop (Sekali nanjak langsung turun).
![]() |
Kau kenapa bem? pucat amat... 😃 |
POS 1 - POS 3
Sumber mata air.
Sumber mata air di jalur pendakian Jalur via Jimbaran, memliki sumber mata air berupa aliran sungai yang dimanfaatkan oleh pendaki sebegai kebutuhan air minum mereka. Untuk sampai sumber mata air berupa aliran sungai ini, hanya berjarak + 30 menit dari Pos 1.
Karena langsung dari sumber, air tersebut bisa untuk langsung di minum. Rasanya dingin serta menyegarkan.
Selain itu, tempat ini lumayanlah luas. Dan cocok untuk istirahat. Namun tak disarankan untuk mendirikan tenda disini. Selain jaraknya masih belum ada setengah perjelanana, penuh dengan bebatuan, juga untuk mengantisipasi meluapnya aliran sungai. (tapi,,, ya siapa juga seeh yang mau mendirikan tenda disini hihihi...)
![]() |
Sumber mata air di jalur pendakian via Jimbaran. |
Cukup lama kami istirahat disini. Entah sudah berapa banyak pendaki yang kami sapa disini, dari yang naik ataupun yang turun. Tapi memang bukan keputusan bijak untuk berlama-lama disini. Karena perjalanan masih jauh, bahkan kami belum ada setengah perjalanan dari Basecamp Mawar. 😄 (kita mah pendaki woles bang)
Kami pun segera beranjak. Menyusul rombongan didepan kami yang rata-rata adalah cewek-cewek geulis. Jadi lebih semangat niih. 😏
Potong Jalur.
Kami melewati pos 2. Bukan karena kami tak mau, kami hanya tak tahu. 15 menit setelah dari Sumber mata air, kami bertemu dengan persimpangan yang terdapat sebuah plakat penunjuk jalan.
Plakat yang terpasang menunjukan bahwa untuk ke Promasan, kebun teh, dan Goa jepang adalah dengan mengambil jalur kiri. Seperti peta yang kami dapat saat simaksi, bahwa pos 2 berada sebelum tempat-tempat yang ane sebutkan diatas. Atas info itulah, kami segera ambil tindakan untuk ambil jalur kiri.
Entah apa yang dipikirkan oleh pengelola. Kenapa harus mengarahkan pada jalur yang ekstrim, bila beberapa wisatawan, hanya ingin menikmati kebun teh, goa jepang, dan promasan, jika masih ada jalur lama yang lebih landai.
Seperti rombongan 4 cewek yang masih belia yang kami temui. Saat kami tanyai, dan mereka menjawabnya ingin ke kebun teh. Tapi jalur yang dilewati adalah jalur alternatif berupa tanjakan yang sengaja dibuat untuk pendaki.
Semoga, info ini bisa sampai di pengelola ya... 😁
Suasana malam di jalur baru, ditengah lereng hutan yang gelap dan lembab.
Saat senja mulai tergantikan oleh malam, kami masih berada di lereng hutan yang lembab. Jalur trek yang terlihat baru dibuat, membuat tanah yang kami pijak lebih labil. Ditambah gerimis yang membuat jalur semakin licin. Tapi kami terus melanjutkan perjalanan meskipun jatuh bangun menjaga keseimbangan.
![]() |
Jalur trek setelah persimpangan. |
Mantel sudah ane pakai sejak kami masih di sumber air. Bisa dibayangkan lah, bagaimana susahnya jika berjalan di jalur yang mempunyai kemiringan 45derajat, dengan kondisi tanah yang licin dan labil. Apalagi mantel yang ane pakai adalah mantel jenis ponco.
Istirahat di lahan yang basah
Ketikat suara adzan Maghrib berkumandang, masih jelas terdengar oleh telinga kami. Kami hentikan perjalanan saat itu juga. Istirahat di tengah lereng hutan yang basah. Pun akhirnya kami relakan celana kami basah tembus sampai kebagian dalamnya untuk sekedar melepas beban kami di punggung serta mengistirahatkan tubuh yang mulai kelelahan.
Kami akan menjamak sholat kami sesampainya diatas, karena sangat tak memungkinkan bila kami harus melakukan kewajiban kami ditempat kami beristirahat.
Tantangan demi tantangan saat melewati jalur baru kami lewati. Diawali jalur yang licin, kemudian menyusul jalur yang berlumpur. Trek seperti inilah yang justru membuat ane jauh lebih semangat.
Iqomahpun selesai dikumandangkan, waktunya kami melanjutkan perjalanan. Headlamp sudah terpasang di tempatnya. Guna menerangi jalan kami menembus hutan ini. Hingga kami menemukan POS 3. Disitulah kami bisa mengistirahat badan lebih nyaman, karena tempat yang lebih kering. 😊
Pos 3
Sebuah tempat peristirahat, terbuat dari atas seng, bertiang dari kayu sekitar. Berada di persimpangan antara menuju puncak bila ambil jalur ke kiri (keatas), dan menuju promasan, goa jepang, dan kebun teh bila ambil jalur kanan (kebawah).
![]() |
POS 3 | (foto ini, ane ambil saat perjalanan turun) |
kami sudah merasakan dinginnya saat berlama-lama berdiam diri di pos ini.. Kami pun sesegara mungkin beranjak untuk melanjutkan perjalanan. Selain waktu yang kian larut, serta angin gunung yang mulai menusuk, semakin banyak pula pendaki yang telah melewati kami. Salah satu yang kekhawatirkan kami adalah saat sudah sampai atas, tapi kami tak mendapat untuk mendirikan tenda.
Sebenarnya, bukan karena tidak mau percaya dengan info yang didapat dari pendaki yang sudah kemari berkali-kali, yang memberikan info bahwa di atas memiliki area camp yang luas. Hanya saja dari pengalaman ane saat pendakian ke Gunung Sumbing beberapa tahun yang lalu, membuat ane lebih selektif dalam menerima info dari pendaki yang sudah berkali-kali mendaki sekalipun.
POS 3 - POS BUKAAN
"ketika JIDAT reunian sama LUTUT"
hahaha... ada yang pernah mengatakan seperti itu kepada ane dulu. Anepun cuman menganggapnya sebagai pemanis saat bercanda yang belum tentu benar adanyanya. Dan pada saat itu juga ane bisa merasakannya secara langsung. 😂