Rabu, 22 November 2017

Pendakian Gunung Ungaran 2.050 mdpl

Gunung Ungaran adalah gunung yang berketinggian 2.050 mdpl, berada di wilayah Ungaran, Semarang, Jawa Tengah. Gunung ini cukup populer untuk kalangan penikmat lelah di kota tersebut untuk menikmati akhir pekan mereka. Tak sedikit pula, yang dari luar kota yang juga ingin menikmati indahnya cahaya lampu kota Semarang dari ketinggian.
Gunung ungaran sendiri, memiliki beberapa jalur pendakian yang umum di gunakan, yaitu :

2. Via Candi Gedungsongo

Memacu kendaraan, menuju Jimbaran.

Basecamp mawar di Jimbaran, adalah tempat yang kami sepakati untuk mengawali perjalanan kami menuju ke Puncak Gunung Ungaran.


Bermodalkan google maps, kami pun sampai di basecamp mawar dengan selamat, meskipun sedikit was-was juga dengan kondisi motorku yang udah mulai rewel selepas melewati kota Magelang. Terlebih saat memasuki jalan menuju basecamp, yang bikin aku tak berhentinya berdoa agar motor ku kuat sampai atas. 😣

Selalu cek kondisi kendaraan kalian. Khusus bagi kalian yang belum pernah kesini, dan ingin ke sini. Jika lelah, lebih baik  istirahat, jangan di paksakan, terlebih saat berada di jalan menuju Basecamp Mawar yang sangat membutuhkan konsentrasi lebih.


Salah satu trek landai sepanjang jalur menuju camp mawar. Masih banyak titik curam yang membutuhkan kehati-hatian.
Kami beruntung, sesaat sebelum memasuki jalur menuju camp mawar ini, hujan sudah reda. Yang sebelumnya telah menghajar kami saat mulai memasuki wilayah Ambarawa. Hujannya cukup deras, dan mengurangi jarak pandang kami, khususnya aku sendiri yang bermata empat dengan kendisi motor yang loyo pula.

4 jam perjalanan sudah kami tempuh. Sudah termasuk makan siang di pinggir jalan (tak disarankan makan di tengah jalan yes), Isi bahan bakar, belanja logistik, belanja obat-obat an, dan bayar retribusi 3x.. hahaha


Satu jam lebih lambat, dari info yang kami peroleh dari google maps.. Tapi tak termasuk nyasar lo ya, karena navigator kami yang cukup handal, 😂

Rute kami.

BASECAMP MAWAR

Ritual sebelum melakukan pendakian.

Sebagai PEMULA (pendaki muka lama), dengan jam terbang yang mumpuni, mereka sudah cukup  familiar dengan RE-PACKING, semacama ritual sebelum dimulainya sebuah pendakian.


Bahkan karena saking seringnya, banyak di antara mereka tak perlu melakukan re-packing lagi. Karena semua kebutuhan termasuk logistik, sudah di tata dengan rapi di dalam keril mereka. (jika pun ada, palingan cuman beberapa item doang, itupun tak perlu membongkar keril)

Aku sendiri, masih suka melakukan re-packing sebelum pendakian di mulai saat berada di basecamp, karena untuk kebutuhan logistiknya biasa aku lengkapi saat mendekati basecamp. (beraaat gan jika harus diisi penuh keril ane dari rumah 😭). Tapi untuk kebutuhan lain, sudah aku persiapkan semuanya. Jadi untuk logistik, tinggal memasukan didalam keril bagian atas aja.

Kami melengkapi logistik kami saat berada di kota Ambarawa. Di Indom*ret yang merupakan market terakhir yang kami temui sebelum basecamp.
Re-packing

Repacking selesai. Pukul 15:30, setelah sholat Ashar, kami mulai berangkat meninggalkan basecamp untuk menuju Pos Bukaan. camping ground yang akan kami gunakan untuk mendirikan tenda.

BASECAMP - POS 1

Keril sudah di pundak, saatnya menuju puncak.

Sore itu, langit mulai gelap. Kabut tipis menghalangi mentari senja. Ada sedikit rasa was-was dalam hatiku, apakah kami bisa sampai puncak?. Perasaan semacam itu pasti akan muncul dibenak para pendaki saat mulai pendakian, terlebih pendakian pada gunung yang baru dikunjungi.


Bagiku dan timku, wajar saja perasaan itu muncul. Belum memasuki di jalur pendakian saja, udah main tersesat saja, 😂  (malu juga seeh buat mengakui, tapi memang seperti itulah cerita kami). Untung ada bapak-bapak pemilik warung di area camp mawar yang kasih tahu jalan sebelum kami lebih jauh berjalan di jalur yang salah.
Breifing dadakan setelah tersesat sebelum memasuki jalur pendakian 😂
Pada saat melakukan simakasi, kami sudah di kasih peta jalur pendakian, tapi menurutku dan kawan-kawan, peta tersebut tak sepenuhnya membantu. Terlebih penunjuk arah yang berada di peta yang sukses membuat kami bingung. Setidaknya itu kami sadari saat kami sudah sampai di Pos Bukaan.


Bahkan kami mendengar banyak dari pendaki yang kami temui mengaku bingung juga dengan jalur barunya. 😅 (beberapa di antara ada yang tersesat selama 4jam perjalanan). Sukses lah pengelolanya yang membuat kami tersesat berjamaah. hhaa
Bembi, yang lagi merasakan trek pertamanya.

Setelah memasuki jalur pendakian kami sudah di hadapkan dengan trek menanjak yang licin. Bisa dimaklumilah, karena hujan baru saja reda, Dan sejujurnya, trek seperti ini lah yang membuat aku menyukai yang namanya penjelajahan. (Tak tahunya, trek di depan justru membuat jidat ketemu dengkul, hahaahaha...)

Pos 1


45 menit dari basecamp. Yaa.. lumayanlah ... Trek pertama rasa-rasanya memang terasa trek yang paling berat.


Di Pos ini, kami mulai menemui beberapa pendaki yang baru turun, tapi kebanyakan mereka hanya membawa daypack saja. Jadi bisa diambil kesimpulan bila mereka menggunakan teknik TipTop (Sekali nanjak langsung turun).
Kau kenapa bem? pucat amat... 😃

POS 1 - POS 3

Sumber mata air.


Sumber mata air di jalur pendakian Jalur via Jimbaran, memliki sumber mata air berupa aliran sungai yang dimanfaatkan oleh pendaki sebegai kebutuhan air minum mereka. Untuk sampai sumber mata air berupa aliran sungai ini, hanya berjarak + 30 menit dari Pos 1.


Karena langsung dari sumber, air tersebut bisa untuk langsung di minum. Rasanya dingin serta menyegarkan.


Selain itu, tempat ini lumayanlah luas. Dan cocok untuk istirahat. Namun tak disarankan untuk mendirikan tenda disini. Selain jaraknya masih belum ada setengah perjelanana, penuh dengan bebatuan, juga untuk mengantisipasi meluapnya aliran sungai. (tapi,,, ya siapa juga seeh yang mau mendirikan tenda disini hihihi...)

Sumber mata air di jalur pendakian via Jimbaran.

Cukup lama kami istirahat disini. Entah sudah berapa banyak pendaki yang kami sapa disini, dari yang naik ataupun yang turun. Tapi memang bukan keputusan bijak untuk berlama-lama disini. Karena perjalanan masih jauh, bahkan kami belum ada setengah perjalanan dari Basecamp Mawar. 😄 (kita mah pendaki woles bang)


Kami pun segera beranjak. Menyusul rombongan didepan kami yang rata-rata adalah cewek-cewek geulis. Jadi lebih semangat niih. 😏

Potong Jalur.

Kami melewati pos 2. Bukan karena kami tak mau, kami hanya tak tahu. 15 menit setelah dari Sumber mata air, kami bertemu dengan persimpangan yang terdapat sebuah plakat penunjuk jalan.

Plakat yang terpasang menunjukan bahwa untuk ke Promasan, kebun teh, dan Goa jepang adalah dengan mengambil jalur kiri. Seperti peta yang kami dapat saat simaksi, bahwa pos 2 berada sebelum tempat-tempat yang ane sebutkan diatas. Atas info itulah, kami segera ambil tindakan untuk ambil jalur kiri.
ke kiri adalah jalur alternatif yang lebih menanjak | ke kanan adalah jalur lama yang lebih landai

Entah apa yang dipikirkan oleh pengelola. Kenapa harus mengarahkan pada jalur yang ekstrim, bila beberapa wisatawan, hanya ingin menikmati kebun teh, goa jepang, dan promasan, jika masih ada jalur lama yang lebih landai. 

Seperti rombongan 4 cewek yang masih belia yang kami temui. Saat kami tanyai, dan mereka menjawabnya ingin ke kebun teh. Tapi jalur yang dilewati adalah jalur alternatif berupa tanjakan yang sengaja dibuat untuk pendaki.

Semoga, info ini bisa sampai di pengelola ya... 😁

Suasana malam di jalur baru, ditengah lereng hutan yang gelap dan lembab.

Saat senja mulai tergantikan oleh malam, kami masih berada di lereng hutan yang lembab. Jalur trek yang terlihat baru dibuat, membuat tanah yang kami pijak lebih labil. Ditambah gerimis yang membuat jalur semakin licin. Tapi kami terus melanjutkan perjalanan meskipun jatuh bangun menjaga keseimbangan.

Jalur trek setelah persimpangan.

Mantel sudah ane pakai sejak kami masih di sumber air. Bisa dibayangkan lah, bagaimana susahnya jika berjalan di jalur yang mempunyai kemiringan 45derajat, dengan kondisi tanah yang licin dan labil. Apalagi mantel yang ane pakai adalah mantel jenis ponco.

Istirahat di lahan yang basah


Ketikat suara adzan Maghrib berkumandang, masih jelas terdengar oleh telinga kami. Kami hentikan perjalanan saat itu juga. Istirahat di tengah lereng hutan yang basah. Pun akhirnya kami relakan celana kami basah tembus sampai kebagian dalamnya untuk sekedar melepas beban kami di punggung serta mengistirahatkan tubuh yang mulai kelelahan.


Kami akan menjamak sholat kami sesampainya diatas, karena sangat tak memungkinkan bila kami harus melakukan kewajiban kami ditempat kami beristirahat.


Tantangan demi tantangan saat melewati jalur baru kami lewati. Diawali jalur yang licin, kemudian menyusul jalur yang berlumpur. Trek seperti inilah yang justru membuat ane jauh lebih semangat.


Iqomahpun selesai dikumandangkan, waktunya kami melanjutkan perjalanan. Headlamp sudah terpasang di tempatnya. Guna menerangi jalan kami menembus hutan ini. Hingga kami menemukan POS 3. Disitulah kami bisa mengistirahat badan lebih nyaman, karena tempat yang lebih kering. 😊

Pos 3

Sebuah tempat peristirahat, terbuat dari atas seng, bertiang dari kayu sekitar. Berada di persimpangan antara menuju puncak bila ambil jalur ke kiri (keatas), dan menuju promasan, goa jepang, dan kebun teh bila ambil jalur kanan (kebawah).
POS 3 | (foto ini, ane ambil saat perjalanan turun)

kami sudah merasakan dinginnya saat berlama-lama berdiam diri di pos ini.. Kami pun sesegara mungkin beranjak untuk melanjutkan perjalanan. Selain waktu yang kian larut, serta angin gunung yang mulai menusuk, semakin banyak pula pendaki yang telah melewati kami. Salah satu yang kekhawatirkan kami adalah saat sudah sampai atas, tapi kami tak mendapat untuk mendirikan tenda.


Sebenarnya, bukan karena tidak mau percaya dengan info yang didapat dari pendaki yang sudah kemari berkali-kali, yang memberikan info bahwa di atas memiliki area camp yang luas. Hanya saja dari pengalaman ane saat pendakian ke Gunung Sumbing beberapa tahun yang lalu, membuat ane lebih selektif dalam menerima info dari pendaki yang sudah berkali-kali mendaki sekalipun.

POS 3 - POS BUKAAN

"ketika JIDAT reunian sama LUTUT"


hahaha... ada yang pernah mengatakan seperti itu kepada ane dulu. Anepun cuman menganggapnya sebagai pemanis saat bercanda yang belum tentu benar adanyanya. Dan pada saat itu juga ane bisa merasakannya secara langsung. 😂

Selasa, 21 November 2017

PANDUAN MENDAKI GUNUNG RINJANI BAGI PEMULA


Panduan-mendaki-rinjani


Musim pendakian gunung sudah dibuka sejak bulan April kemarin, banyak para pendaki senior maupun pemula yang akan menuntaskan hasrat yang sudah tertahan untuk segera mengemas ransel dan memulai petualangan mereka.
Salah satu gunung yang menjadi target pendakian para pendaki, adalah Gunung Rinjani. Gunung berapi tertinggi kedua yang terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Kali ini gue bakalan bagi-bagi info dan tips melakukan pendakian di Gunung Rinjani yang akan gue jabarkan dalam beberapa bagian (ps : jalur yang gue jabarkan adalah jalur naik via Sembalun Lawang dan turun via Desa Senaru)
MENUJU LOKASI
Pulau Lombok dapat diakses menggunakan moda transportasi udara ataupun via darat (dan laut). Jika menggunakan pesawat terbang, kalian akan tiba di Bandara Internasional Lombok yang berada di Praya. Jika menggunakan jalur darat (dan laut), kalian akan tiba di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat.
Panduan-mendaki-rinjani
Baik via bandara maupun pelabuhan, kalian akan memulai perjalanan menuju Desa Sembalun Lawang, dimana nantinya start pendakian dimulai. Angkutan umum tersedia, normalnya melalui Terminal Mandalika (Bertais) menggunakan Engkel (Elf) hingga sampai di Aikmel, memakan waktu sekitar 2 – 3 jam, dengan ongkos sekitar 20,000 rupiah. Di Aikmel, kalian harus berpindah transportasi menggunakan mobil pick up (mobil sayur) hingga sampai di Desa Sembalun Lawang, memakan waktu 1,5 jam dengan biaya 15,000 rupiah.
Panduan-mendaki-rinjani
Sampai di Sembalun Lawang, minta berhenti di Rinjani Information Centre (RIC), dimana terdapat pos pendaftaran bagi para pendaki. Syarat pendaftaran membayar biaya registrasi, 5,000 rupiah/ hari bagi lokal (indonesian) atau 250,000 rupiah/ hari bagi interlokal (turis asing).
Note : bagi yang tidak mau ribet, bisa menyewa mobil pribadi sampai Sembalun Lawang, kisaran biaya 500,000 – 700,000 rupiah per sekali jalan untuk 1 mobil dengan kapasitas 4 – 5 penumpang.
MEMULAI PENDAKIAN
Setelah menyelesaikan pendaftaran, pendakian bisa dilakukan, biasanya pendakian tidak dimulai dari RIC, tapi dari jalur Bawak Nao, yang berjarak 15 menit dengan kendaraan dari RIC. Jalur Bawak Nao dipilih karena jarak tempuh yang lebih singkat 1 – 2 jam dari jalur pintu gerbang RIC.
Tipikal jalur Sembalun berupa savanna terbuka dengan jalur yang sudah sangat jelas, jadi jangan takut nyasar. Pos 1 terletak di ketinggian 1,500 mdpl dengan jarak tempuh 1,5 – 2 jam dari start pendakian. Di sini biasanya pendaki hanya beristirahat sebentar saja, sebelum lanjut ke pos 2.

PENDAKIAN GUNUNG SINDORO VIA KLEDUNG

22:07

Gunung Sindoro
Happy wekeend pemirsa setia Volcanote!!

Kembali lagi menjelang pancaroba, yhaa meskipun setiap hari masih hujan. Tapi kali ini aku bersama tim baru beranggotakan Kak Basit, Ridho, Juma, Winda, Merry mencoba peruntungan pendakian di gunung Sindoro (naik gunung : jangan coba-coba!) huaaa *iklan*
Kami memilih jalur yang sudah terkendal seantero Jawa yaitu Kledung. Pada tanggal 29 April pukul 07.00 pagi kami sudah berkumpul di Klaten. Setelah packing, sarapan dan lain-lain kami memulai perjalanan menuju basecamp Kledung. Tidak lupa kami belanja logistik yang akan dimasak esok hari.
Berhubung kali ini wekeend jadilah arah Magelang Temanggung macet, kami sampai di basecamp pukul 13.00 dan cuaca kurang baik, hujan deras mengguyur sepanjang hari. Terlihat pula kepulan mendung menyelimuti gunung sindoro dan gunung sumbing yang berada tepat di depannya.
Kami segera melakukan registrasi, FYI biaya pendakian per orang Rp. 10.000, parkir 1 mobil Rp. 20.000, MCK Rp. 2.000. Basecamp cukup lengkap tersedia tempat untuk beristirahat, ada masjid di dekatnya, toilet, dan beberapa warung yang memiliki menu lengkap yang berada di pinggir jalan raya kledung. 
Setelah semua beres pukul 16.00 kami memulai pendakian. Berdasarkan pertimbangan karena sudah menjelang sore, kami memutuskan untuk naik ojek sampai pos 1. Biaya ojek dari basecamp - pos 1 Rp. 15.000 sedangkan basecamp - pos 1,5 Rp. 25.000 (April 2017) lumayan menghemat waktu yang tadinya 1,5 jam berjalan menjadi sekitar 20 menit saja. Sepanjang jalan menuju Pos 1 kita akan disuguhi pemandangan berupa ladang yang menjadi batas akhir rumah penduduk dengan trek bebatuan yang tersusun rapi membentuk jalur setapak.

Pos 1 - Pos 2

Berikutnya sekitar pukul 16.30 kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Cuaca hujan tidak menyurutkan langkah kami -azg- jalur menuju pos 2 masih berupa tanah yang cukup luas, dan akan banyak ojek berseliweran menuju pos 1,5 baik yang mengantar pendaki naik maupun turun. 
Tidak lama kemudian kami sampai di pos 1,5 yang menjadi pemberhentian ojek, kami break sebentar disini dan sekedar ngobrol bersama bapak ojek yang super keren dengan bakatnya balap gunung. Hikz
Selanjutnya trek mulai memasuki hutan yang cukup rapat dan jalur lebar berakhir. Jalur masih cukup landai dengan kontur tanah. Kita juga akan melewati 2 jembatan kecil dan beberapa turunan. 
Pukul  17.30 kami sampai di Pos 2. Di pos ini ada shelter yang tebuat dari terpal untuk sekedar berteduh. Dan di belakang kita bisa menyaksikan gunung sumbing lengkap dengan senter senter para pendaki yang berjalan di jalurnya. Kami break sebentar menunggu sholat maghrib sebelum melanjutkan perjalanan.


Pos 2
Pos 2 - Pos 3

Sekitar pukul 18.30 kami melanjutkan perjalanan, hari sudah gelap dan senter senter mulai menyala. Usahakan berjalan beriringan terutama ketika malam. Trek setelah pos 2 ini mulai banyak menanjak dengan bebatuan yang cukup kokoh untuk dipijak. Suhu yang mulai dingin membuat kami ingin segera sampai pos 3. Fyi juga, tempat camping yang direkomendasikan di jalur kledung ini adalah pos 3 dan sunrise camp sedikit diatas pos 3 sekitar 10 menit berjalan. 3/4 perjalanan kemudian kami menemukan watu longko, yaitu batu dengan ukuran besar di tengah jalur. Pertanda bahwa pos 3 sudah dekat, tapi nyatanya -.-
Kami terus berjalan dengan sebentar sebentar break untuk mengatur nafas dan langkah kaki karena semakin menanjak jalur yang dilalui. Menjelang pos 3 vegetasi mulai terbuka dan kami bisa menyaksikan hamparan lampu kota, bahkan jalan raya kledung, lampu lampu pengendara motor dan gunung sumbing di seberang kami. Sekitar pukul 21.00 akhirnya kami sampai di pos 3. Pos 3 cukup luas namun karena long wekeend seperti ini jadi hanya tersisa 3 tempat untuk tenda kapasitas 4-6. Disini juga ada warung yang menjual jajanan seperti gorengan yang buka sampai sekitar pukul 19.00. Kami segera mendirikan tenda untuk menghalau dinginnya angin malam dan beristirahat.


Milkyway dari Pos 3 Gn. Sindoro
Minggu, 30 April 2017
Pos 3 - Pos 4

Pukul 03.00 alarm berbunyi tapi masih saja ada sebagian dari kami yang tidur (termasuk aku) wkwk.
Sampai beberapa kali hingga menjelang subuh kami belum juga beranjak dari tenda untuk summit. Pukul 05.00 kami segera bangun dan bersiap siap. Menengok keluar tenda, kabut pekat menyelimuti dan jalur sampai puncak tidak terlihat. Untuk menuju puncak sindoro siapkan air yang cukup karena sepanjang jalur tidak ada mata air. Pukul 06.00 kami memulai perjalanan menuju puncak. Sepanjang jalan banyak tenda yang kami lewati. Sedikit naik lagi ada juga sunrise camp yang dipenuhi dengan tenda para pendaki.


Selepas Pos 3
Di sunrise camp biasanya terlihat matahari terbit namun sayang sekali saat itu kabut sehingga tidak nampak view dari sini. Setelah itu jalur kembali menanjak dengan didominasi tanah dan bebatuan. Hati hati saat menapaki jalur. Semakin naik perjalanan dan matahari mulai nampak, panorama yang ada di belakang makin nyata. Terlihat gunung sumbing, merapi, merbabu, andong, telomoyo, dan ungaran berbaris dengan gunung sumbing menjadi yang termegah. Di hadapan kami juga terlihat bukit bukit gunung sindoro menjelang puncaknya. Masih sama, banyak break untuk kami sekedar berfoto foto dan makan kwaci memanfaatkan cuaca yang cerah sebelum datang kabut ataupun hujan.
Sekitar pukul 10.30 kami sampai di pos 4. Pos 4 ditandai dengan plang dan batu besar. Kurang direkomendasikan berkemah disini karena lokasinya yang terbuka sehingga hujan langsung menerpa tenda.

Pendakian Gunung Sumbing

Gunung Sumbing, termasuk gunung tinggi di Jawa terletak di antara wilayah Temanggung dan Wonosobo Jawa Tengah berdiri gagah berdampingan dengan gunung Sindoro di sebelahnya. Gunung bertype strato ini berketinggian 3.371 mdpl, sedangkan kondisi puncaknya terdiri atas batu tebing menjulang tinggi yang dikelilingi oleh kawah - kawah kecil menebarkan asap belerang. Puncak Gunung Sumbing terdiri atas dua puncak, Puncak Buntu, dengan ketinggian 3.362 mdpl dan puncak Kawah, dengan ketinggian 3.372 mdpl.
Peta Pendakian Jalur Sumbing Via Garung

Pendakian gunung ini bisa dilakukan lewat tiga alternatif rute pendakian yaitu:

Rute Pendakian Gunung Sumbing
* Rute Cepit Parakan (Pungungan Timur)
* Rute Bogowongso (Pungungan Barat)
* Rute Desa Garung (Pungungan Utara)


Jalur Pendakian Cepit

Untuk mendaki gunung Sumbing lewat jalur cepit kita dapat berhenti di depan rumasakit ngesti waluyo,kemudian ambil jalan di kanan rumasakit yang menanjak. Di sini tidak terdapat basecamp, Pertama kali kita akan berjalan selama kurang lebih satu jam melewati kebun sayur penduduk. Kita melalui jalanan aspal selama kurang lebih 1,5 jam yang berakhir pada sebuah bangunan pos pengamatan di kiri jalan. Pos tersebut sangat angker karena menurut penduduk sekitar di huni oleh macan gaib. Ambil jalan ke arah kanan maka kemudian kita akan menjumpai sungai di sisi kiri lintasan.

Kemudian kita akan mendaki sekitar dua jam memasuki kawasan hutan, selanjutnya kita akan sampai di padang rumput. Setelah itu akan bertemu dengan Batu Kasur dan Batu Lawang. Terdapat sungai di pos 3 yang ber air hanya di musim hujan.

Jalur menuju puncak sangat sempit dan menanjak, sehingga sangat melelahkan, perlu sangat berhati-hati dan menjaga stamina tubuh. Puncak Gungung Sumbing berbentuk kaldera kecil yang bergaris tengah 800 meter, dengan kedalaman 50-100 m dan beberapa puncak yang runcing. Untuk menuju puncak tertinggi harus turun lagi ke arah kiri dan kemudian naik lagi.

Terdapat lautan pasir, terdapat juga makam leluhur masyarakat setempat yang dikenal dengan sebutan Ki Ageng Makukuhan. Ada beberapa gua salah satunya dikenal dengan nama Gua Jugil yang merupakan gua terbesar. Di kaldera banyak kawah kecil yang berasap belerang. Pemandangannya sangat indah sehingga kita akan merasa enggan untuk meninggalkan puncak tersebut.

Jalur Pendakian Bogowongso

Jalur pendakian Gunung Sumbing via Bowongso merupakan jalur baru yang mulai dibuka sejak tahun 2007 oleh para penggiat alamterbuka ( skydoors ) dibantu dengan masyarakat dan beberapa pihak lain. Desa Bowongso dapat dicapai dari pasar kertek (terletak diantara jalan raya Wonosobo Temanggung ) menggunakan angkutan umum atau ojek. Dengan arah ke selatan 1 km daripasar kertek, terdapat pertigaan menuju arah kiri / ke arah timur sejauh 6 km menuju desa Bowongso. Sesampainya di desaBowongso kita bisa langsung menuju ke rumah kepala desa yang sering digunakan sebagai basecamp oleh para pendaki. Diawalimengisi data diri di buku absen yang disediakan oleh kepala desa, kita bisa sambil mempersiapkan bekal yang akan kita bawa.

Panorama awal pendakian adalah keindahan perkebunan rakyat. Pohon-pohon yang tumbuh kebanyakan adalah cabai dan jagung serta tanaman lainnya. Panorama perkebunan berakhir hingga gardu pandang. Dari gardu pandang jalan akan bercabang dua, ke kiri naik menuju puncak dan kekanan terus mengelilingi perkebunan rakyat. Jalan yang dilalui beralaskan tanah dan masih cukup landai untuk didaki hingga pos I.
Perjalanan dari pos I hingga pos II diwarnai dengan pepohonan di kanan dan kiri jalan. Pohon-pohon ini umumnya setinggi pinggang dan berada di kanan dan kiri jalan sehingga perjalanan akan fokus pada jalan di depan. Hanya sekali-kali saja pemandangan dataran di bawah dapat terlihat. Pohon-pohon disini juga sebagian berbuah salah satunya yang sering ditemukan adalah ceri hutan berwarna hitam matang yang manis untuk dinikmati.

Pos II dan Pos III adalah daratan yang seharusnya indah. Sinar matahari akan langsung menerpa badan. Udara dingin dan hembusan angin mulai terasa dari Pos II dan III. Pos II dan III saat ini bertanahkan hitam akibat kebakaran yang terjadi belum lama ini. Kanan dan kiri jalan akan terlihat pepohonan setelah kebakaran hutan yang terjadi. Pohon-pohon juga sebagian berwarna hitam dan mati. Namun ada juga sebagian tanah kecil yang masih belum terbakar. Juga sering dijumpai rumput hijau yang mulai tumbuh di dataran yang hitam.

Perjalanan menuju pos III akan memakan waktu kurang lebih 4 jam perjalanan. Pos III adalah tempat terbaik untuk bermalam karena pemandangannya yang setinggi puncak gunung Sindoro yang dapat terlihat langsung di Pos III. Pos III juga merupakan dataran lapang terakhir yang mungkin ditemukan sebelum mencapai puncak. Pos III juga adalah pemberhentian terakkhir sebelum menuju puncak. Terkadang pada malam hari akan terdengar suara gamelan yang syahdu untuk didengarkan didepan api unggun yang dapat dibuat di pos ini.

Pendakian menuju puncak akan dilakukan pada subuh hari. Jalan menuju puncak dari Pos III sudah semakin curam dan mulai berbatu. Selama perjalanan, gunung sindoro dapat selalu dilihat pada arah belakang. Dari Pos III akan banyak ditemukan Edelweis sepanjang perjalanan. Perjalanan menuju puncak akan memakan waktu kurang lebih 3,5 jam. Puncak yang dicapai adalah puncak kawah. Adapun puncak tertinggi Rajawali juga langsung dapat dicapai, namun tentunya dibutuhkan kemampuan climbing untuk mencapainya.

Image result for trek gunung sumbing

Jalur Pendakian Garung

Untuk mendaki gunung sumbing lewat jalur pendakian garung terdapat 2 jalur yang bisa di lewati melalui punggungan sebelah kiri di sebut sebagai jalur lama sedangkan punggungan sebelah kanan sering di sebut jalur baru. pada umunya banyak pendaki yang melewati punggungan sebelah kanan karena sangat mudah.
Dari ketiga jalur pendakian, jalur melalui Dusun Garung adalah jalur yang paling banyak diminati oleh para pendaki karena jalur ini telah banyak petunjuk dan keamanan medannya lebih terjamin dan juga waktu tempuh perjalanan dengan menggunakan jalur ini merupakan yang tercepat dibanding dengan dua jalur lainnya.

Dari Dusun Garung pendaki dapat memulai pendakian dengan alternatif dua jalur pendakian yaitu jalur lama dan jalur baru. Tidak ada perbedaan yang khusus mengenai kedua jalur ini hanya arah dan sudut pendakiannya saja yang sedikit berbeda. Jika menggunakan jalur lama maka akan terasa sangat berat karena di sekitar (seduplak roto ) atau kilometer kelima pendakian pendaki akan menemukan medan pendakian yang berkemiringan sekitar 70 derajat, sehingga pada saat turun hujan akan sangat berbahaya untuk didaki. Berbeda dengan jalur baru yang terletak di sebelah barat jalur lama, medan pendakian tidak seberat jalur lama hanya ketika menggunakan jalur ini pendaki akan banyak melewati daerah perbukitan kecil sehingga akan terasa lebih lama.

Berikut ini adalah pos-pos pendakian gunung sumbing.

Jalur Lama
* Base camp (Posko pengawasan) (Km I) 1455 M
* Ladang pertanian (tembakau) (Km II)
* Malim (Km III)
* Genus (Km IV) 2240 M
* Seduplak Roto (Km V)
* Pestan 2437 M
* Pasar Watu (Watu Kotak) 2763 M
* Tanah Putih (KM VI)
* Puncak Buntu 3371 M
* Puncak Kawah (KM VII)


Jalur Baru
* Base Camp (Km I)
* Ladang pertanian (Km II)
* Kedung (Bosweisen) (Km III)
* Gatakan (Km IV) 2240 M (Pos 2)
* Krendegan


Setelah krendegan ini maka jalur kembali menjadi satu (bergabung dengan jalur lama) di daerah pestan 2437 M.

Pendakian Gunung Ungaran 2.050 mdpl

Gunung Ungaran adalah gunung yang berketinggian 2.050 mdpl, berada di wilayah Ungaran, Semarang, Jawa Tengah. Gunung ini cukup populer unt...